Tentu perjuangan mereka dalam membuat
mobil sangat berat dan butuh waktu lama. Pertama mobil buatan mereka
sangat jelek dan tidak dipandang sebelah mata. Namun akhirnya justru
jadi mobil bergengsi yang diminati bahkan oleh negara adikuasa macam AS
yang merupakan pionir pembuat mobil.
Mobil Jepang
Boleh dikata Jepang adalah negara Asia
pertama yang membuat mobil. Mobil pertama buatan mereka adalah Takuri
pada tahun 1907 yang cuma dibuat 10 buah sebelum akhirnya bangkrut.
Perusahaan tersebut bangkrut karena saat
itu Jepang masih jadi negara miskin. Semurah apa pun masyarakat
kebanyakan masih belum mampu membeli kendaraan yang termurah.
Setelah itu berdiri pabrik mobil lainnya
seperti Daihatsu (1907), Isuzu (1910), Mitsubishi (1917) dan DAT (1914),
yang kemudian jadi Datsun.
Kebanyakan orang Amerika belum pernah
mendengar nama-nama Mobil Jepang hingga Toyota yang didirikan tahun 1937
membuka cabang di AS tahun 1957 dan mulai mengimpor Toyopet Crown dan
Land Cruiser.
Nissan menyusul di tahun 1960, tapi
banyak penduduk AS kurang menyukainya karena mobil tersebut sebetulnya
untuk jalan Jepang yang kotor sehingga lambat dan berbentuk seperti
truk.
Namun teknologi otomotif Jepang terus
berkembang. Tahun 1963 Datsun Sports Roadster dan 1965 Toyota Corona
merajai AS karena nyaman dikendarai, irit, dan handal. Dengan
melonjaknya harga minyak, mobil-mobil Jepang yang irit lebih digemari
ketimbang mobil AS yang boros bensin.
Inilah foto-foto mobil Jepang terakhir:
Untuk mencapai kesempurnaan memang butuh waktu panjang. Tak mungkin bisa langsung bagus/sempurna.
Mobil Korea Selatan
Sejarah pembuatan mobil di Korea berawal
pada Agustus 1955 saat Choi Mu-seong (montir mobil) bersama 3 saudaranya
memasang mesin pada mobil Jip AS yang dimodifikasi dengan nama “Sibal”.
Tahun 1960, pabrik mobil Sinjin (artinya
Era Baru) meluncurkan Sinjin Publica dengan bekerjasama dengan Toyota.
Pemerintah Korea mengumumkan “Kebijakan Promosi Industri Mobil” di tahun
1962 untuk melindungi industri mobilnya yang masih bayi (baru). Pembuat
mobil luar negeri dilarang beroperasi kecuali dengan bekerjasama dengan
industri lokal.
Kebijakan itu memicu lahirnya perusahaan-perusahaan mobil Korea seperti:
* Kyeongseong Precision Industry, yang kemudian jadi “Kia Industry”, mulai merakit mobil bekerjasama dengan Mazda di tahun 1964.
* Ha Dong-hwan Automobile Industry Co. (kemudian jadi SsangYong Motor Company)
* Saenara Automobile, bekerjasama dengan Nissan Motor Co. Merupakan pembuat mobil pertama di Korea yang dilengkapi dengan fasilitas perakitan mobil yang modern.
* Saenara Automobile, bekerjasama dengan Nissan Motor Co. Merupakan pembuat mobil pertama di Korea yang dilengkapi dengan fasilitas perakitan mobil yang modern.
Asia Motors Company didirikan tahun 1965, dan Hyundai Motor Company pada 1968 bekerjasama dengan Ford Motor Company.
Meski demikian, perusahaan-perusahaan
tersebut hingga tahun 1970-an cuma sekedar Perakit Mobil di mana
onderdilnya diimpor dari luar negeri.
Mobil Korea yang pertamakali diproduksi massal adalah Hyundai Pony di tahun 1976.
Setelah itu program pembuatan onderdil di
dalam negeri mulai dilakukan sehingga akhirnya tahun 1990 ekspor mobil
Hyundai’s ke AS menembus angka 1 juta. Di tahun 1992 ScoupeTurbo
memenangkan reli the Pikes Peak Hill Climb Rally, dan di tahun 1993
Elantra terpilih sebagai “Best Car of 1993” di Australia. Hyundai’s
Accent meraih Canadian Best Buy Award di 1995, dan Avante juga menang
reli Asia-Pacific Rally di tahun itu.
Mobil Cina
Tahun 1931 Zhang Xueliang membuat sebuah
truk bernama Ming Sheng. Tahun 1956 Pabrik Mobil Modern pertama First
Automobile Works mulai berproduksi.
Tahun 1992 Cina memproduksi 1 juta mobil.
Tahun 2009 memproduksi 13,79 juta mobil, di mana 8 juta adalah mobil
penumpang (Sedan, SUV, MVP), dan 3,41 juta adalah kendaraan komersial
(bis, truk, dan traktor). Bayangkan, jika harga 1 mobil Rp 100 juta,
maka dengan 13,79 juta mobil, Cina mendapat Rp 1.379 trilyun dari
industri mobil. Jumlah tersebut cukup untuk menghidupi 13 juta
rakyatnya.
44.3% dari pasar mobil Cina dikuasai merk
lokal (BYD, Lifan, Chang’an (Chana), Geely, Chery, Hafei, Jianghuai
(JAC), Great Wall, Roewe, Martin Motors, etc.). Sisanya diproduksi
bersama dengan pembuat mobil luar negeri seperti Volkswagen, General
Motors, Hyundai, Nissan, Honda, Toyota, dan sebagainya. Sebagian besar
dipakai di Cina. “Hanya” 369.600 mobil yang diekspor ke luar negeri.
Bahkan
Cina mampu membuat mobil tanpa pengemudi Hongqi HQ3 yang dapat melaju
dengan kecepatan 130 km/jam tanpa bingung. Mobil ini dibuat oleh China’s
First Auto Works.
Selain itu ada juga mobil BYD F6DM yang
merupakan mobil listrik yang bisa dibuat hybrid. Mobil ini bisa melaju
dengan kecepatan 160 km/jam dan dapat menempuh jarak 420 km. Dengan
baterai Lithium, pengisian ulang hingga 70% hanya 10 menit saja di
Stasiun Pengisi Khusus.
Di bawah adalah foto Mobil Chery QQ yang sudah dijual di Indonesia dan Mobil Listrik Flybo yang dieskpor ke AS:
Mobil India
Kendaraan India yang pertama masuk ke
Indonesia adalah Bajaj pada tahun 1980-an. Merupakan kendaraan roda 3
yang berisik, boros, dan suspensinya keras. Namun jadi kendaraan rakyat
yang cukup bandel dan bertahan hingga sekarang (30 tahun lebih).
Selain itu produsen Mobil India Tata membuat mobil termurah di dunia, Tata Nano dengan harga sekitar US@ 2.500 (Rp 25 juta). Mobil ini diekspor hingga Eropa.
Mobil Iran
Iran pun tidak kalah dalam membuat mobil
sendiri untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya. Iran merupakan produsen
mobil terbesar ke 12 di dunia dengan produksi hampir 1,4 juta
mobil/tahun. Produsen Mobil Iran menguasai hampir 100% dari Pasar Mobil
dalam negeri mereka.
Runna,
produsen mobil terbesar ke 3 di Iran memproduksi mobil yang dilengkapi
dengan airbag, antilock brakes, power steering, dan power windows.
Mobil Malaysia
Negara tetangga yang serumpun dengan
jumlah penduduk kurang dari 30 juta, Malaysia juga tak kalah dalam
membuat sendiri mobilnya. Atas perintah PM Malaysia Mahathir Muhammad
tahun 1983, didirikan pabrik Mobil Proton yang merupakan BUMN dengan
bekerjasama dengan Mitsubishi. Mobil produksi pertamanya adalah Proton
Saga. Proton jadi satu-satunya produsen Mobil Malaysia hingga tahun 1993
berdiri perusahaan pesaingnya, Perodua.
Proton Saga bunyinya seperti “Potong
Harga” karena harganya 20% lebih murah daripada mobil sejenis buatan
luar negeri. Produksi tahunannya sekitar 100 ribu buah beberapa
diantaranya diekspor ke luar negeri seperti Inggris, Australia, dan juga
Indonesia.
Mobil Indonesia?
Dengan SDM yang lebih unggul dari
Malaysia dan Pasar 8x lipat lebih banyak, seharusnya Indonesia sudah
bisa membuat mobil sendiri. Soeharto pernah ingin membuat mobil nasional
sendiri, namun sayang karena KKN jatuh ke tangan anak-anaknya sendiri
yang ternyata tak berhasil membuat Mobil Nasional. Sekedar
importir/perakit belaka.
PT INKA dan beberapa perusahaan mobil
lain sebetulnya bisa membuat mobil. Namun karena kurang modal, belum
sampai tahap produksi massal. Silahkan lihat selengkapnya di sini:
Ketimbang mengucurkan ratusan trilyun
rupiah kepada para Bankir yang nyaris tidak ada hasilnya, ada baiknya
pemerintah meminjamkan Rp 3-5 trilyun kepada 3 pembuat mobil lokal
terkemuka seperti PT INKA sehingga industri otomotif Indonesia bisa
berkembang.
Jika Indonesia mampu memproduksi mobil
sendiri sebanyak 1 juta/tahun, maka dengan harga Rp 100 juta/mobil saja
sudah didapat Rp 100 trilyun. Jika keuntungannya 10% saja, maka sudah
didapat keuntungan Rp 10 trilyun/tahun. Paling tidak bisa membuka
lapangan kerja bagi 1 juta rakyat Indonesia di industri otomotif.
Tentu saja pemerintah seperti pemerintah Jepang, Korsel, dan Malaysia, harus melindungi industri otomotifnya.